29 Mei 2013

Hati yang Tercelup


Seiring pengabulan do’a Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, Umar bin Khattab pun bersentuhan dengan iman. Menjadi seorang muslim, membuatnya menjadi pribadi baru untuk memulai hidup baru  dengan lembaran-lembaran yang baru pula. Kini ia berbeda dengan Abu Jahal bin Hisyam, teman sejawatnya dalam kekafiran. Hidayah dan iman telah menancap kuat di dalam hatinya. Jiwanya telah tershibghah dinullah, sebaik-baik celupan pengganti warna.

Dalam keadaan normal, bersama iman, hadir juga kehidupan dan cahayanya di dalam hati; dua pondasi seluruh kebaikan dan kebahagiaan hamba dalam kehidupannya. Hingga hidup, sakit, dan matinya hati, serta terang dan redupnya cahaya hati, sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang hamba.

Kehidupan hati adalah energi luar biasa guna menggapai ridha Allah beserta seluruh pengorbanan dan usaha yang mengiringinya. Seiring dengan kesehatannya, kekuatan, pendengaran, penglihatan, keberanian, dan kesabaran hati beserta semua akhlak terpuji lainnya, akan semakin membaik. Demikian berlaku sebaliknya.

Celupan yang menghidupkan jiwa dan rasa hati ini amatlah menyehatkan. Ia membentuk rasa baru tentang selera yang benar terhadap kebenaran. Rasa alami bukan buatan yang mengkristal dalam hasrat ta’at, dan sangat hebat  dalam anti maksiat. Dan meski berbagai dosa dihamparkan dihadapannya, dalam tampilan menawan bagi nafsu durjana, ia tidak akan tertawan, bahkan sekedar untuk menoleh sebab kehilangan selera.

Adapun cahaya hati berfungsi menerangi. Ia akan menghilangkan bayangan gelap seiring sinarnya yang semakin benderang. Membuka tabir kepalsuan temaram dan permainan waran yang seringkali menipu. Menampakkan gambaran semua hal dalam keadaan sebagaimana seharusnya. Hingga kebaikan perkara baik dan keburukan perkara buruk terlihat jelas. Membuang semua ragu dan bimbang dalam menjatuhkan pilihan. Langkah-langkah tegap dan yakin siap dijejakkan, sebab waktu tidak bisa lagi menunggu.

Kemudian, kehidupan dan cahaya hati akan bergabung menjadi kekuatan dahsyat yang membawa hamba-hamba beriman melakukan lompatan kemanusiaan. Sanggup memikul tugas-tugas besar dan mulia yang nyaris mustahil diwujudkan, dengan izin Allah. Ada tekad bulat, kesanggupan berkorban, kesabaran, keteguhan hati, hingga tawakkal kepada Allah yang mengiringinya. Menyingkirkan rasa takut yang membuat mereka menjadi pengecut, kemudian melecut mereka ke langit yang tinggi guna meraih mimpi tegaknya kebenaran di muka bumi.

Alangkah indahnya celupan ini! Celupan terbaik yang membawa kita menuju gerbang kemuliaan sebagai menusia. Memaknai kesempurnaan hidup dalm kejelasan arah dan tujuan, juga kebahagiaan jiwa yang mengagumkan. Celupan yang mencetak manusia-manusia mengagumkan. Celupan yang mencetak manusia-manusia langit namun berjalan di bumi.

Kini, seberapa berubah hati kita karena celupan ini? Semoga ianya bukan celupan yang mudah pudar dan tak memberi warna baru apa-apa, dalam kehidupan iman kita!

Wallahu a’lam bis shawwab

0 komentar:

Posting Komentar