Seiring
pengabulan do’a Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam, Umar bin Khattab pun bersentuhan dengan iman. Menjadi
seorang muslim, membuatnya menjadi pribadi baru untuk memulai hidup baru dengan lembaran-lembaran yang baru pula. Kini
ia berbeda dengan Abu Jahal bin Hisyam, teman sejawatnya dalam kekafiran. Hidayah
dan iman telah menancap kuat di dalam hatinya. Jiwanya telah tershibghah dinullah, sebaik-baik
celupan pengganti warna.
Dalam keadaan
normal, bersama iman, hadir juga kehidupan dan cahayanya di dalam hati; dua
pondasi seluruh kebaikan dan kebahagiaan hamba dalam kehidupannya. Hingga hidup,
sakit, dan matinya hati, serta terang dan redupnya cahaya hati, sangat
mempengaruhi kualitas hidup seorang hamba.
Kehidupan hati
adalah energi luar biasa guna menggapai ridha Allah beserta seluruh pengorbanan
dan usaha yang mengiringinya. Seiring dengan kesehatannya, kekuatan,
pendengaran, penglihatan, keberanian, dan kesabaran hati beserta semua akhlak
terpuji lainnya, akan semakin membaik. Demikian berlaku sebaliknya.
Celupan yang
menghidupkan jiwa dan rasa hati ini amatlah menyehatkan. Ia membentuk rasa baru
tentang selera yang benar terhadap kebenaran. Rasa alami bukan buatan yang
mengkristal dalam hasrat ta’at, dan sangat hebat dalam anti maksiat. Dan meski berbagai dosa
dihamparkan dihadapannya, dalam tampilan menawan bagi nafsu durjana, ia tidak
akan tertawan, bahkan sekedar untuk menoleh sebab kehilangan selera.
Adapun cahaya
hati berfungsi menerangi. Ia akan menghilangkan bayangan gelap seiring sinarnya
yang semakin benderang. Membuka tabir kepalsuan temaram dan permainan waran
yang seringkali menipu. Menampakkan gambaran semua hal dalam keadaan
sebagaimana seharusnya. Hingga kebaikan perkara baik dan keburukan perkara
buruk terlihat jelas. Membuang semua ragu dan bimbang dalam menjatuhkan
pilihan. Langkah-langkah tegap dan yakin siap dijejakkan, sebab waktu tidak
bisa lagi menunggu.
Kemudian,
kehidupan dan cahaya hati akan bergabung menjadi kekuatan dahsyat yang membawa
hamba-hamba beriman melakukan lompatan kemanusiaan. Sanggup memikul tugas-tugas
besar dan mulia yang nyaris mustahil diwujudkan, dengan izin Allah. Ada tekad
bulat, kesanggupan berkorban, kesabaran, keteguhan hati, hingga tawakkal kepada
Allah yang mengiringinya. Menyingkirkan rasa takut yang membuat mereka menjadi
pengecut, kemudian melecut mereka ke langit yang tinggi guna meraih mimpi
tegaknya kebenaran di muka bumi.
Alangkah
indahnya celupan ini! Celupan terbaik yang membawa kita menuju gerbang
kemuliaan sebagai menusia. Memaknai kesempurnaan hidup dalm kejelasan arah dan
tujuan, juga kebahagiaan jiwa yang mengagumkan. Celupan yang mencetak
manusia-manusia mengagumkan. Celupan yang mencetak manusia-manusia langit namun
berjalan di bumi.
Kini, seberapa
berubah hati kita karena celupan ini? Semoga ianya bukan celupan yang mudah
pudar dan tak memberi warna baru apa-apa, dalam kehidupan iman kita!
Wallahu a’lam bis shawwab
0 komentar:
Posting Komentar